Pengalaman Diterima Pendidikan Calon Staf (PCS) OJK - Part 3 (Selesai)

By Kantia - November 18, 2017

Hi everyone!

Melanjutkan pengalaman setelah diumumkan lolos ke Pendidikan Calon Staf (PCS) 3 - OJK (BACA:Pengalaman Diterima di PCS OJK - Part 2 ), kami pun diwajibkan untuk menyiapkan berkas-berkas asli semacam Ijazah, Transkrip, Kartu Keluarga, dan lain-lain. Tak disangka dan tak dinyana, sehari setelah diumumkannya peserta yang lolos, tiba-tiba badanku panas tinggi dan tidak kunjung sembuh setelah 2 hari. Ternyata, aku divonis demam berdarah dan diwajibkan untuk opname. Aku ketakutkan sekali, karena hanya dalam hitungan hari aku harus berangkat ke Jakarta untuk pemberkasan. Aku pun hanya bisa pasrah dan berdoa supaya tubuhku lekas sembuh karena jika tidak hadir pada saat pemberkasan, maka aku dinyatakan mengundurkan diri.

Di hari-hari pertama opname, aku sangat tidak berselera untuk makan namun aku paksakan. Ternyata, trombositku belum juga membaik, malah menurun dari awal pemeriksaan. Di hari kedua trombositku sudah lumayan naik tapi belum sampai ke level normal. Ketika ada kunjungan dokter, aku memohon supaya boleh pulang di hari ketiga karena besok lusanya aku harus ke Jakarta. Aku berusaha keras untuk bernegosiasi dengan dokter, kemudian beliau menanyakan aku akan naik transportasi apa. Aku menjawab pesawat, kemudian beliau pun menyampaikan akan meresepkan obat penambah trombosit dalam bentuk bubuk supaya bisa diminum di pesawat.

Aku sudah bosan dengan makanan rumah sakit dan sudah sedikit berselera untuk makan. Karena tidak ada yang menungguiku di rumah sakit, aku pun berinisiatif untuk memesan Kober Mie Setan (favoritku) melalui jasa kurir Tunggu Saya (Instagram: @tunggusaya) berhubung pada saat itu belum terdapat layanan Go Food di Malang. Tak lama, pesananku pun tiba dan aku habiskan 2 porsi mie tersebut. Di hari ketiga, trombositku sudah sedikit meningkat namun tetap saja belum normal. Sesuai rencana, malam itu juga aku check out dari rumah sakit. Masih dengan langkah gontai, aku mempersiapkan berkas-berkas lainnya seperti surat pernyataan bermaterai dan sebagainya.

Dengan tubuh super duper lemah dan perut yang terasa sangat amat begah karena hanya tidur, diinfus, dan makan di rumah sakit, aku memaksakan diri untuk berangkat ke Jakarta. Aku naik travel jam 2 pagi menuju bandar Juanda Surabaya untuk naik pesawat dengan jadwal penerbangan paling pagi yaitu jam 4.20 menggunakan maskapai Citilink. Ketika sedang menunggu di lounge Gate keberangkatan, aku melihat seseorang yang familiar yang ternyata kakak tingkatku di perkuliahan. Ternyata beliau juga diterima di OJK, jadi aku pun menghampirinya, berbasa-basi, dan lalu bersepakat untuk naik taksi bersama dari Halim Perdana Kusuma ke Hotel Redtop. Lumayan bisa share berdua.
Sesampainya disana, ternyata sudah banyak peserta lain yang mengantri. Bahkan beberapa ada yang memesan kamar di hotel tersebut dan menginap sehari sebelumnya supaya tidak terlambat.
Acara pun dimulai dan presentasi berupa arahan terkait pekerjaan yaitu renumerasi, cuti, benefit, sanksi, semua disampaikan secara lengkap. Kesalahannya adalah di aku, karena duduk tidak terlalu depan (karena sudah diisi penuh oleh banyak orang), aku duduk di tempat yang agak belakang. Pengaruh obat-obatan juga membuatku sangat amat mengantuk, jadi ada satu sesi dimana aku sama sekali tidak mendengarkan dan tertidur dengan pulasnya. Ini tidak disengaja, namun fisikku benar-benar lemah saat itu.
Di akhir sesi, ada informasi khusus yang harus disampaikan ke beberapa orang tertentu. Ternyata, namaku adalah salah satu yang dipanggil. Kami pun dikumpulkan tersendiri dan ternyata aku dinyatakan lulus bersyarat dengan alasan kesehatan jantung yaitu sinus aritmia. Dengan ramahnya, salah satu pejabat OJK tersebut menanyakan apakah aku sering pingsan, tidak kuat berlari atau berolahraga. Aku pun menjawab tidak karena aku bahkan ikut fitness dan mengikuti kelas-kelas aerobiknya yang berat. Dengan berat hati, beliau menyampaikan bahwa aku harus menandatangani surat pernyataan bahwa kesehatan jantungku akan dimonitor hingga 6 bulan setelah pengangkatan untuk menentukan keputusan selanjutnya.
Aduh, asli pengen nangis. Ketakutan banget karena aku mengira bakalan di-cut. Tapi kemudian pejabat tersebut mengetahui kekhawatiranku, beliau juga mengatakan bahwa bukan berarti kelulusannya dibatalkan, hanya diawasi lebih khusus saja.

Ya, ternyata aku belum bisa sepenuhnya lega dan berpuas diri.

Setelah semua pemaparan disampaikan, kami pun mengantri untuk menyampaikan berkas asli. Antriannya lumayan panjang karena ternyata yang diterima juga sangat banyak, yaitu sekitar 400-an orang.

Setelah 6 bulan pasca dimulainya pendidikan calon staf, aku pun menjalani serangkaian tes kesehatan jantung di rumah sakit di Surabaya yaitu EKG dan Treadmill. Dari hasil EKG, dokter menyatakan bahwa dari grafik EKG menunjukkan adanya sinus (aku lupa nama sinusnya), tapi bukan sinus aritmia. Sementara berdasarkan hasil Treadmill, ternyata jantungku dinyatakan sehat, normal, dan dapat beraktivitas sesuka hati tanpa batasan apapun. Alhamdulillah.

Aku pun mengirimkan hasil tes jantungku tersebut ke Jakarta, dan setelah itu aku tidak diwajibkan untuk mengikuti perawatan jantung apapun. 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Selamat Siang Mba Kantia, terima kasih untuk informasi yang telah diberikan di blog ini.
    Alhamdulillah Mba Kantia, saya kemarin mengikuti Program Talent Scouting OJK di Tahun 2019 ini dan Alhamdulillah lolos dan diterima sampai ke Pendidikan Calon Staf (PCS) OJK yang akan dimulai bulan Agustus 2019 besok. Yang saya ingin tanyakan, apakah benar memang ada kebijakan dari OJK untuk mengeliminasi orang-orang yang sudah diterima PCS ketika masa pendidikan selama 1 Tahun itu? Kalau memang ada, yang setahu Mba Kantia prosedurnya seperti apa dan apa yg menjadi sebab akibat eliminasi itu yaa Mba?

    ReplyDelete
  2. Selamat malam mbak, saya mau tanya pada saat pcs 3 dokumen untuk pemberkasan apa saja ya Mbak? Selain ijazah, transkip dan KK yang mbak tulis diatas? Terima kasih 🙏 😁

    ReplyDelete