Pengalaman Backpacking Nonton Konser Foo Fighters di National Stadium Singapore (Part 1)

By Kantia - October 15, 2017

Akhirnya bisa juga nonton band rock kesukaanku sejak SMA. Pengalaman yang sangat, sangat berkesan meskipun super duper capek. Nah, ini dia kronologis kejadiannya:

1. Beli Tiket Konser Foo Fighters


Credit to https://bandwagon-gig-finder.s3.amazonaws.com/editorials/uploads/pictures/7807/content_foo-fighters-singapore.jpg

Bulan Mei 2017, tanggal menjelang gajian, ada informasi bahwa Foo Fighters akan mulai penjualan tiket konsernya di Singapura. Aku pun melihat website penyedia jasa penjualan tiket konser tersebut yaitu di Website Singapore Sportshub. Aku pilih harga tiket yang sedang-sedang saja, di harga SGD 168 (standing). Tanpa waiting list ataupun koneksi bermasalah, dengan mudahnya aku bisa pesan tiket tersebut. Konser dijadwalkan tanggal 26 Agustus 2017 di National Stadium Singapore. Hasil browsing sana-sini, ternyata tahun 2012 Foo Fighters pernah membatalkan konser di Singapura gara-gara kondisi kesehatan Dave Grohl yang tidak memungkinkan. Wah, ketar-ketir juga karena ternyata kasus batalnya konser FF tidak hanya di Singapura, tapi juga di negara-negara lain. Akhirnya aku putuskan untuk beli tiket pesawatnya menjelang hari H saja.

2. Beli Tiket Pesawat Surabaya-Singapura PP
Waktu bulan Juni, aku lihat harga tiket pesawat masih sangat reasonable bahkan lebih murah daripada ke Jakarta. Tapi ternyata, menjelang hari H, harga tiket sudah sangat melonjak naik karena kurs dollar juga sedang tinggi. Total pulang pergi untuk 2 orang adalah Rp 4,1 juta karena. Lumayan sakit sih, tapi daripada nyesel ga bisa nonton konser hehehe..

3. Pesan Hostel di Kawasan Bugis
Cukup telat bagiku untuk tahu bahwa Haji Lane adalah salah satu tempat yang hype banget buat foto ala-ala, maupun foto OOTD. Jadi sekalian saja, aku pesan hostel di kawasan Bugis. Daerah itu terkenal dengan kawasan mayoritas muslim, jadi mudah untuk cari makanan halal yang cocok dengan selera lidah. Pengalamanku dulu, pernah menginap di kawasan Little India yang mostly makanannya berbau kari dan sebangsanya. Trauma banget sama yang namanya nasi kebuli yang orang bilang enak, aku sama sekali ga doyan.
Aku pilih menginap di hostel 5footway.inn Project Bugis. Aku pilih Deluxe Twin Room. Dapat satu kamar isi 2 bed, dengan kamar mandi dalam. Sudah free breakfast juga. Untuk semalam, masa weekend, harganya Rp 909.599. Reasonable enough untuk ukuran hostel yang sudah dilengkapi kamar mandi dalam.

4. Berangkat dari Malang ke Terminal 2 Bandara Juanda, Surabaya
Akhirnyaa... hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Aku berangkat dari Malang hari Sabtu pagi, yang mana jalanan masih sepi. Dari Malang berangkat jam 6 pagi, naik bis dari terminal Arjosari. Barang yang aku bawa saat itu benar-benar minimalis, yaitu 1 baju yang aku pakai, 1 baju untuk pulang besok pagi, 1 baju tidur, BB Cream, eyeliner, dan lipstik. Sisanya, aku berencana pinjam punya adikku.
Hanya memakan waktu 1,5 jam, jam 7.30-an aku dan adikku sudah sampai di Indomaret kawasan Bungurasih. Well, 2 minggu belakangan aku selalu turun di Indomaret itu untuk kemudian pesan transportasi online.
Aku sedang berdiri, menunggu Grab datang. Tiba-tiba seorang pemulung bilang, "Pesan gojek? Wah, sudah nggak boleh mbak. Tadi malam habis berantem besar". Benar saja, tidak ada satu pun yang berani menjemput kami disana. Selain itu juga ada insiden yang kurang mengenakkan.Akhirnya kami jalan kaki ke terminal Bungurasih untuk lanjut naik Damri ke Terminal 2 Bandara Juanda.  Ada seorang bapak di pinggir jalan di sekitar situ yang melihatku berjalan kaki, malah meneriaki kami dengan kata-kata kasar karena (mungkin) tahu kalau aku pesan transportasi online dan bukannya konvensional. Tidak aku toleh maupun tanggapi, dan untungnya juga tidak terjadi apa-apa.

5. Perjalanan dari Surabaya ke Singapura
Sesampainya di bandara, kami bergegas ke counter check-in dan dapat kursi yang agak belakang. Salah sendiri check in nya belakangan hufft.. Selagi menunggu, aku merasakan kakiku terasa sangat sakit. Ketika aku buka sepatu, benar saja kaki kanan kiriku lecet parah banget. Sedih sekali rasanya karena belum apa-apa sudah kena musibah seperti ini. Salahku sendiri (juga) karena tidak pakai kaos kaki yang tebal. Akhirnya aku coba tutupi dengan tisu karena dengan plester tidak bisa meng-cover luka dan melanjutkan perjalanan.
Pesawat terbang 30 menit terlambat dari jadwal yang semestinya. Akibatnya, terjadi antrian penumpang yang cukup panjang.

Kurang lebih selama 20 menit sebelum mendarat, sempat terjadi goncangan karena cuaca yang kurang baik. Asli deh, rasanya pantatku melayang tidak menyentuh kursi. Alhamdulillah pesawat tetap mendarat dengan aman.

Sesampainya di Terminal 2 bandara Changi, kami mengisi form kedatangan untuk proses di bagian imigrasi. Mungkin karena itu hari Sabtu, jadi antrian benar-benar membludak. Di semua counter, antrian bisa mencapai 15-an orang. Proses imigrasi ini juga berjalan dengan mudah.

Di Terminal 2 Changi Singapura


Kemudian kami keluar dari bandara dan menuju antrian taksi. Disana sudah ada mbak-mbak berparas Bollywood yang sigap melayani.

"Cash or mastercard?"

"Cash", jawabku

Kami pun diarahkan ke sebuah taksi yang terlihat cukup elegan dengan embel-embel nama Premier Taxi. Sempet deg-degan takut harganya membludak hahaha. Aku pun menyampaikan tujuanku ke hostel. Bapak supir terlihat tidak familiar dengan nama itu, aku pun menunjukkan voucher booking hotel yang bertuliskan alamat tujuan. Lumayan juga jarak yang ditempuh yaitu 18,6 km kalo kata Google Maps. Tarif yang kubayarkan mestinya SGD 12, tapi sepertinya karena itu dari bandara, jadi ada charge SGD 5. Total SGD 17. Well, welcome to Singapore.

Pemandangan di kala naik taksi - Singapore Flyer


6. Check-in Hostel di 5footway.inn Project Bugis
Lokasinya tidak mudah dikenali, jadi memang harus awas dengan plang yang cenderung malu-malu. Begitu masuk, ternyata kami tidak langsung disambut karena resepsionis sedang melayani seorang tamu. Entah kenapa prosesnya sangat panjang dan berbelit. Kami pun jadi menunggu cukup lama, padahal kaki dah nyut-nyutan dan gerah banget pengen mandi. Ternyata di hostel ini juga free wifi, jadi aku pun menolak tawaran promo sim card yang sudah ada paket internet-nya.
Kemudian kami diantarkan ke kamar yang ternyata ada di gedung sebelah kanan ruang resepsionis. Kamarnya lumayan sih, cuman beda banget sama ekspektasiku yang mengira kasurnya bakalan empuk dan kamarnya wangi. Ternyata biasa banget, beda dengan gambarnya. Lantainya juga lembab, sepertinya baru di pel. Tapi ya sudahlah, toh cuma buat numpang rebah, naruh barang, dan mandi.











  • Share:

You Might Also Like

0 comments