Pengalaman Seleksi Beasiswa Prestasi Indonesia - LPDP (Part 1)

By Kantia - January 25, 2017

Lagi-lagi, back in 2014, waktu itu semangat untuk sekolah lagi sangat menggebu-gebu. Beli buku TOEFL iBT, IELTS, dan segala macamnya. Tujuannya cuma satu, supaya bisa sekolah lagi (ke luar negeri tentunya). Kebetulan waktu itu program beasiswa LPDP masih gres banget. Syarat-syarat yang diberikan waktu itu juga waktu itu bisa aku penuhi.
Berawal dari ke-jumawa-an tiada tara, aku pun mendaftar beasiswa tersebut. Kepalaku semakin besar tatkala universitas-universitas top di Inggris mengirim email bahwa aku diterima untuk berkuliah di sana. Aku pun mempersiapkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan, seperti: essay, ijasah, transkrip, dan lain-lain.
Di hari H, tes berlangsung di Universitas Airlangga Kampus C, dengan diawali dengan pembukaan acara oleh pihak LPDP. Baru kemudian dilanjutkan dengan proses seleksi.

1. Leaderless Group Discussion
Waktu itu, kurang lebih 8-9 orang dari berbagai latar belakang sosial dan bidang ilmu. Sebelum dimulai, ada 2 panitia LPDP yang memberikan pengarahan, kemudian mereka memberikan selembar kertas mengenai suatu permasalahan tertentu. Permasalahan tersebut kemudian dibahas melalui diskusi bersama.
Tanpa ada aba-aba ataupun ba-bi-bu, tiba-tiba seorang bapak memulai diskusi. He was very dominant, mengatur jalannya diskusi dari awal sampai akhir. Tapi kelebihannya, dia bisa memberikan proporsi waktu yang pas untuk tiap peserta diskusi, sekaligus menarik kesimpulan dari setiap penjelasan. Ada juga peserta yang tidak memperhatikan peserta lain yang sedang berbicara, ataupun menggerutu mengenai kebijakan pemerintah.
Pada proses LGD, gerak-gerik dan kata-kata kita diperhatikan dengan sangat seksama. Jadi, biasakan untuk berlatih berkomunikasi dan menunjukkan bahasa tubuh yang baik ya :)

2. Wawancara
Ada 3 pewawancara, yang ketiga-tiganya merupakan dosen dari universitas-universitas ternama di Indonesia. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai diri pribadi. Hal-hal yang bersifat personal pun tak luput ditanyakan, dan semua itu ada alasannya. Pewawancara ingin mengetahui tingkat kematangan berpikir kita. Hal-hal yang berkaitan dengan studi, tentu tak luput ditanyakan. Penanya sangat pintar memainkan emosi, terutama jika di awal wawancara, beliau bisa melihat ke-labil-an kita. Mereka juga menanyakan mengenai kesiapan kita, apa saja yang telah dilakukan sebelum berangkat ke negara tujuan belajar. Waktu itu, argumen-argumen yang saya berikan tidak bisa memuaskan penanya, terlihat dari raut wajah mereka.

Hasilnya....

Saya tidak lolos. Jujur waktu itu persiapan saya untuk wawancara sangatlah kurang, Saya terlalu percaya diri pasti diterima karena sudah mendapatkan LOA. Mungkin juga karena faktor kematangan emosional yang belum memadai. Selagi melakukan introspeksi, saya juga melihat-lihat apa saja yang menjadi faktor penilaian mereka. Jawabnya ada, setelah saya menemui salah seorang awardee LPDP di suatu tempat.


Bersambung...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments