Back
in 2014, waktu itu aku baru aja lulus kuliah di bulan Maret di tahun yang sama.
Di ITS sedang ada Bursa Karir ITS dan disana tentu saja ada stand
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan karyawan baru. Waktu itu sebagai fresh
graduate, tentu saja aku mengelilingi dan melihat-lihat semua stand yang ada –
jikalau ada yang salah satu requirementnya yaitu lulusan Teknik Informatika.
Dari beberapa stand yang aku lihat, akhirnya aku pun mendaftar di Pertamina.
Kebanyakan fresh graduate biasanya mengincar oil and gas company, secara
remunerasinya lumayan (banget) (katanya).
Aku dapat secarik kertas yang bertuliskan kode rahasia yang nantinya
dipakai untuk pendaftaran online. Waktu itu aku daftar Bimbingan Profesi
Sarjana.
1.
Seleksi Administrasi
Sesampainya
di rumah, aku buka alamat website yang tertera di kertas tersebut dan mulailah
mengisi formulir online dan upload dokumen-dokumen yang diperlukan.
2.
Tes Potensi Akademik
Kurang
lebih 2-3 minggu kemudian, aku mendapat sms dari SAC, career center ITS, bahwa
aku lolos seleksi administrasi online Pertamina. Aku juga mengecek email
mengenai dokumen apa saja yang harus dibawa. Tak lupa, peserta juga diwajibkan
melakukan konfirmasi kehadiran dengan cara membalas email tersebut.
Semua
dokumen yang dipersyaratkan harus dimasukkan ke dalam map berwarna tertentu.
Lumayan banyak sih, seperti ijasah dan transkrip (asli beserta legalisirnya),
SKCK dan Surat Bebas Narkoba. Email yang berisi undangan untuk tes pun juga
harus di print dan dibawa ke lokasi tes.
Lumayan
panic karena waktu itu belum punya surat bebas narkoba dan skck. Tapi aku nekat
aja lah.
Pas
hari H, peserta yang datang membludak! Aku maklum karena, well, siapa sih yang
nggak mau kerja di Pertamina? Sampai-sampai waktu tesnya dibagi menjadi 2 sesi,
pagi dan siang. Tesnya berlangsung selama kurang lebih 4 jam nonstop dengan
materi soal-soal yang bagiku hardcore banget. Aku sampai berpikir, bahwa
orang-orang yang bener-bener pinter aja yang bisa mengerjakan dengan benar. Waktu
itu juga ada tes psikologi tertulis, yaitu memilih pernyataan mana yang sesuai
dengan kepribadian kita.
Seusai
tes, kepala kliyengan banget, secara waktu itu perut lagi kosong. Temen-temen
sampai komentar, “Mukamu pucet banget, cepet dimakan kuenya”. Alhamdulillah
para peserta tes mendapat konsumsi berupa snack dan air mineral.
3.
Tes Bahasa Inggris
Kurang
lebih 2 minggu setelah tes yang menguras otak itu, akhirnya dapat sms cinta
dari SAC ITS bahwa aku lolos ke tahap selanjutnya. Sama seperti sebelumnya,
peserta diwajibkan melakukan konfirmasi kehadiran dengan cara membalas email.
Email tersebut juga berisi daftar dokumen yang harus disiapkan untuk mengikuti
tes tersebut.
Kebetulan
SKCK sudah jadi dan bisa disusulkan di saat tes bahasa Inggris.
Waktu
itu, tes berlangsung di kantor Pertamina di dekat stasiun Wonokromo. Turun di
stasiun, langsung jalan kaki dikit ke lokasi. Aku kira tesnya bakalan setingkat
tes TOEFL Paper Based keluaran ETS, tapi ternyata aku salah. Tesnya adalah
TOEIC, jadi yang diujikan dalam tes itu berupa listening dan grammar. Buat yang
udah terbiasa mengerjakan tes TOEFL Paper Based pasti tidak akan kesulitan
dalam mengerjakan TOEIC.
4.
Wawancara
Sama
seperti sebelumnya, peserta diwajibkan menyiapkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
Wawancara dilakukan di hotel Shangri-La. Kebetulan waktu itu dapat jadwal jam
10 pagi. Tapi ternyata, jadwalnya mundur jauhh. Aku pun kebagian jadwal jam 5
sore. Selagi menunggu, kami juga disuruh untuk mengisi data pribadi yang
terdiri dari 4 halaman. Aku menunggu di depan ruangan tempat temanku wawancara
dan di dalam dia tertawa sangat keras hingga terdengar keluar.
Akhirnya,
datang juga waktuku untuk masuk ke ruangan. Di dalam ruangan, pertanyaan yang
diajukan kurang lebih mengenai data pribadi, keluarga, kepribadian, pengalaman
magang atau kerja yang pernah dilakukan. Intinya sih pewawancara menanyakan
mengenai data-data yang sudah kita berikan sebelumnya. Mereka juga menanyakan
kesiapan untuk ditempatkan di lokasi kerja yang notabene daerah pedalaman.
Proses wawancara tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 jam.
Hasil
wawancara segera diumumkan sore itu juga, dan hasilnya…. Aku nggak lulus.
Maklum sih, karena waktu itu ada beberapa pertanyaan yang aku nggak bisa jawab.
Yah namanya belum rejeki L
5.
Tes Kesehatan
Menurut
kabar teman-teman yang lolos sampai ke tahap ini, tes kesehatannya lari di
treadmill sambil dipasangi alat untuk mengukur detak jantung. Dicek darah,
urin, dan lain-lain juga. Kurang lebih sama dengan tes kesehatan pada umumnya.
Setelah
tes kesehatan, kemudian hasilnya diumumkan. Dari beberapa teman satu almamater,
ternyata yang diterima hanya 1 orang.
Nah,
demikian pengalamanku mengikuti tes BPS Pertamina. Ternyata, setelah tahun
2014, Pertamina belum mengadakan BPS lagi. Paling nggak, jaga-jaga lah kalau
nanti ada lowongan lagi. Semoga sukses buat kalian semua!
1 comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete