BPS

Pengalaman Mendaftar Bimbingan Profesi Sarjana (BPS) Pertamina

By Kantia - January 25, 2017

Back in 2014, waktu itu aku baru aja lulus kuliah di bulan Maret di tahun yang sama. Di ITS sedang ada Bursa Karir ITS dan disana tentu saja ada stand perusahaan-perusahaan yang membutuhkan karyawan baru. Waktu itu sebagai fresh graduate, tentu saja aku mengelilingi dan melihat-lihat semua stand yang ada – jikalau ada yang salah satu requirementnya yaitu lulusan Teknik Informatika. Dari beberapa stand yang aku lihat, akhirnya aku pun mendaftar di Pertamina. Kebanyakan fresh graduate biasanya mengincar oil and gas company, secara remunerasinya lumayan (banget) (katanya).  Aku dapat secarik kertas yang bertuliskan kode rahasia yang nantinya dipakai untuk pendaftaran online. Waktu itu aku daftar Bimbingan Profesi Sarjana.

1. Seleksi Administrasi
Sesampainya di rumah, aku buka alamat website yang tertera di kertas tersebut dan mulailah mengisi formulir online dan upload dokumen-dokumen yang diperlukan.

2. Tes Potensi Akademik
Kurang lebih 2-3 minggu kemudian, aku mendapat sms dari SAC, career center ITS, bahwa aku lolos seleksi administrasi online Pertamina. Aku juga mengecek email mengenai dokumen apa saja yang harus dibawa. Tak lupa, peserta juga diwajibkan melakukan konfirmasi kehadiran dengan cara membalas email tersebut.
Semua dokumen yang dipersyaratkan harus dimasukkan ke dalam map berwarna tertentu. Lumayan banyak sih, seperti ijasah dan transkrip (asli beserta legalisirnya), SKCK dan Surat Bebas Narkoba. Email yang berisi undangan untuk tes pun juga harus di print dan dibawa ke lokasi tes.
Lumayan panic karena waktu itu belum punya surat bebas narkoba dan skck. Tapi aku nekat aja lah.

Pas hari H, peserta yang datang membludak! Aku maklum karena, well, siapa sih yang nggak mau kerja di Pertamina? Sampai-sampai waktu tesnya dibagi menjadi 2 sesi, pagi dan siang. Tesnya berlangsung selama kurang lebih 4 jam nonstop dengan materi soal-soal yang bagiku hardcore banget. Aku sampai berpikir, bahwa orang-orang yang bener-bener pinter aja yang bisa mengerjakan dengan benar. Waktu itu juga ada tes psikologi tertulis, yaitu memilih pernyataan mana yang sesuai dengan kepribadian kita.
Seusai tes, kepala kliyengan banget, secara waktu itu perut lagi kosong. Temen-temen sampai komentar, “Mukamu pucet banget, cepet dimakan kuenya”. Alhamdulillah para peserta tes mendapat konsumsi berupa snack dan air mineral.

3. Tes Bahasa Inggris
Kurang lebih 2 minggu setelah tes yang menguras otak itu, akhirnya dapat sms cinta dari SAC ITS bahwa aku lolos ke tahap selanjutnya. Sama seperti sebelumnya, peserta diwajibkan melakukan konfirmasi kehadiran dengan cara membalas email. Email tersebut juga berisi daftar dokumen yang harus disiapkan untuk mengikuti tes tersebut.
Kebetulan SKCK sudah jadi dan bisa disusulkan di saat tes bahasa Inggris.
Waktu itu, tes berlangsung di kantor Pertamina di dekat stasiun Wonokromo. Turun di stasiun, langsung jalan kaki dikit ke lokasi. Aku kira tesnya bakalan setingkat tes TOEFL Paper Based keluaran ETS, tapi ternyata aku salah. Tesnya adalah TOEIC, jadi yang diujikan dalam tes itu berupa listening dan grammar. Buat yang udah terbiasa mengerjakan tes TOEFL Paper Based pasti tidak akan kesulitan dalam mengerjakan TOEIC. 

4. Wawancara
Sama seperti sebelumnya, peserta diwajibkan menyiapkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. Wawancara dilakukan di hotel Shangri-La. Kebetulan waktu itu dapat jadwal jam 10 pagi. Tapi ternyata, jadwalnya mundur jauhh. Aku pun kebagian jadwal jam 5 sore. Selagi menunggu, kami juga disuruh untuk mengisi data pribadi yang terdiri dari 4 halaman. Aku menunggu di depan ruangan tempat temanku wawancara dan di dalam dia tertawa sangat keras hingga terdengar keluar.
Akhirnya, datang juga waktuku untuk masuk ke ruangan. Di dalam ruangan, pertanyaan yang diajukan kurang lebih mengenai data pribadi, keluarga, kepribadian, pengalaman magang atau kerja yang pernah dilakukan. Intinya sih pewawancara menanyakan mengenai data-data yang sudah kita berikan sebelumnya. Mereka juga menanyakan kesiapan untuk ditempatkan di lokasi kerja yang notabene daerah pedalaman. Proses wawancara tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 jam.
Hasil wawancara segera diumumkan sore itu juga, dan hasilnya…. Aku nggak lulus. Maklum sih, karena waktu itu ada beberapa pertanyaan yang aku nggak bisa jawab. Yah namanya belum rejeki L

5. Tes Kesehatan
Menurut kabar teman-teman yang lolos sampai ke tahap ini, tes kesehatannya lari di treadmill sambil dipasangi alat untuk mengukur detak jantung. Dicek darah, urin, dan lain-lain juga. Kurang lebih sama dengan tes kesehatan pada umumnya.

Setelah tes kesehatan, kemudian hasilnya diumumkan. Dari beberapa teman satu almamater, ternyata yang diterima hanya 1 orang.


Nah, demikian pengalamanku mengikuti tes BPS Pertamina. Ternyata, setelah tahun 2014, Pertamina belum mengadakan BPS lagi. Paling nggak, jaga-jaga lah kalau nanti ada lowongan lagi. Semoga sukses buat kalian semua!

  • Share:

You Might Also Like

1 comments